Selasa, 22 November 2011

guru anak didik sebagai dwitunggal

GURU ANAK DIDIK SEBAGAI DWITUNGGAL
DI
SUSUN
OLEH

ZULIADEN JAYUS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH
BANDA ACEH
2011
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam kegiatan belajar mengajar, anak sebagai subjek dan sebagai objek dari kegiatan pengajaran. Karena itu, inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai sustu tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak didik berusaha secara aktif untuk mencapainya.Keaktifan anak didik ridak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi juga dari segi kejiwaan. Bila hanya fisik anak aktif, tetapi mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan dan pembelajarantidak tercapai. Ini sama halnya anak didiktidak belajar, karena anak didik tidak merasakan perubahan didalam dirinya.Padahal belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar.
Hal ini perlu sekali guru sadari agar tidak terjadi kesalahan tafsir terhadap kegiatan pengajaran. Karena itu, belajar dan mengajar merupakan istilah yang sudah baku dan menyatu didalam konsep pengajaran. Guru yang mengajar anak didik yang belajar adalah dwi tunggal dalam perpisahan raga jiwa bersatu antara guru dan anak didik. Biasanya permasalahan yang guru hadapi ketika berhadapan dengan sejumlah anak didik adalah secara pengelolaan kelas. Sama halnya dengan belajar, mengajar pun pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan prosesn belajar. Pada tahap berikutnya mengajar adalah proses memberikan bimbingan/bantuan pada anak didik dalam melakukan proses belajar.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Belajar dan Mengajar.
Belajar dan mengajar merupakan dua peristiwa yang berbeda, tetapi terdapat hubungan yang sangat erat, bahkan terjadi kaitan dan interaksi yang saling mempengaruhi serta saling menunjang satu sama lain. Dalam kegiatan belajar mengajar, anak adalah sebagai subjek dan sebagai objek. Karna itu inti dari proses pengajaran adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Kegiatan mengajar bagi seorang guru menghendaki hadirnya sejumlah anak didik. Mengajar pasti merupakan kegiatan yang mutlak memerlukan keterlibatan individu siswa dalam proses belajar.
Dengan demikian dapat diketahui belajar adalah usaha sadar yang dilakukan manusia melalui pengalaman dan latihan untuk memperoleh kemampuan baru dan merupakan perubahan tingkah laku yang relatif tetap sebagai akibat dari latihan. Dalam pengertian ini, tidak berarti semua perubahan berarti belajar, tetapi yang dapat dimasukkan dalam pengertian belajar yaitu: perubahan yang mengandung suatu usaha secara sadar, untuk mencapai tujuan tertentu.
Pada prinsipnya, belajar meliputi segala perubahan baik pola berpikir, pengetahuan, informasi, kebiasaan, sikap apresiasi, dan pengertian. Kegiatan belajar ditunjukkan oleh adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman. Belajar merupakan kegiatan yang aktif, karena kegiatan belajar dilakukan dengan sengaja, sadar dan bertujuan. Agar kegiatan belajar mencapai hasil yang optimal perlu diusahakan faktor penunjang seperti kondisi pelajar yang baik, fasilitas dan lingkungan yang mendukung serta proses belajar yang tepat.
Sama halnya dengan belajar, mengajar pun pada hakekatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasikan lingkungan yang ada di sekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar.  Pada tahap berikutnya mengajar adalah proses memberikan bimbingan/bantuan kepada anak didik dalam melakukan proses belajar. (Nana Sujana, 1989: 29)
Dalam dunia pendidikan istilah belajar dan mengajar tidak bisa dipisahkan karena keduanya saling terkait. Belajar dan mengajar merupakan istilah yang sudah baku dan menyatu di dalam konsep pengajaran. Guru yang mengajar dan anak didik yang belajar adalah dwi tunggal dalam bersatu antara guru dan anak didik. Proses belajar mengajar merupakan suatu sistem yang terdiri dari komponen siswa sebagai raw input, komponen perangkat keras dan lunak sebagai instrumental input, komponen lingkungan sebagai pelaksanaan proses belajar mengajar sebagai komponen proses, dan akhirnya menghasilkan keluaran hasil belajar siswa sebagai komponen output.
 Berdasarkan bagan di atas dapat diidentifikasikan bahwa dalam proses belajar mengajar mengandung tiga persoalan pokok yaitu:
1.        Persoalan proses yaitu persoalan mengenai bagaimana belajar tersebut  berlangsung, dan prinsip-prinsip apa yang mempengaruhi proses belajar.
2.        Persoalan input; persoalan berbagai faktor yang mempengaruhi belajar.
3.        Persoalan output; persoalan hasil belajar dan berkaitan dengan tujuan.
Siswa sebagai raw input memiliki kemampuan yang sifatnya individual dan kemampuan ini sangat mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Kemampuan yang dimaksud adalah kondisi psikis. Kondisi fisik meliputi kesehatan dan keadaan organ tubuh. Sedangkan kondisi psikis meliputi inteligensi, minat, motivasi, kebutuhan, tanggapan, dan cita-cita.
B.       Pendekatan  Sistem Pembelajaran.
Pendekatan sistem pada yang diterapkan dalam pembelajaran bukan saja sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga sesuai dengan perkembangan dalam psikologi belajar sistemik, yang dilandasi oleh prinsip-prinsip psikologi behavioristik dan humanistik, serta kenyataan dalam masyarakat sendiri (Oemar Hamalik, 2003; 125). Sedangkan dalam Pedoman pembelajaran pada kurikulum 1994 bermakna cara menyikapi atau memandang tindak lanjut program pengajaran yang dimuat kurikulum. Di antara pendekatan-pendekatan pembelajaran yang banyak digunakan dalam ilmu pengetahuan sosial antara lain; (a) Pendekatan terpisah; (b) pendekatan integratif (terpadu); (c) pendekatan yang berorientasi pada kemasyarakatan; (d) pendekatan penemuan; (e) pendekatan pemecahan masalah; dan (f) pendekatan keterampilan proses.
Para ahli teori belajar mencoba mengembangkan berbagai cara pendekatan dalam sistem pengajaran atau proses belajar mengajar. Berbagai sistem pengajaran yang menarik perhatian akhir-akhir ini adalah inquiry-discovery approach, expository approach, mastery learning, dan humanistic education. Akan tetapi sistem mengajar team teaching juga tidak kalah pentingnya untuk diterapkan pada kurikulum sekarang ini, khususnya pada pembelajaran ilmu pengetahuan sosial; karena materi pelajaran tersebut merupakan mata pelajaran terpadu.
Banyak ahli yang telah merumuskan pengertian mengajar berdasarkan pandangannya masing-masing. Perumusan dan tinjauan itu masing-masing memiliki kebaikan dan kelemahan yang berlandaskan pada teori tertentu, yaitu:
1.      Mengajar adalah upaya penyampaian pengetahuan pada peserta didik.
2.      Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui  lembaga pendidikan.
3.      Pembelajaran  adalah upaya  mengorganisasikan  lingkungan  untuk    menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik. 
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Manusiawi terlibat dalam sistem pengajaran, terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya.
Dalam proses pembelajaran diperlukan faktor pendukung lain, yaitu faktor lingkungan dan sejumlah faktor yang memang direncanakan untuk menunjang keberhasilan tercapainya tujuan pendidikan yang dikehendaki, diantaranya kurikulum dan sarana perangkat yang lain. Hal ini terdapat dua kegiatan yang terjadi dalam kesatuan waktu dengan pelaku yang berbeda.
Pelaku belajar adalah siswa, sedangkan pelaku mengajar adalah guru. Kegiatan siswa dan guru berlangsung dalam proses bersamaan untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi dalam proses pembelajaran terjadi hubungan yang inter aktif antara guru dan siswa dalam ikatan tujuan proses pembelajaran.

C.    Kondisi Belajar Mengajar yang Efektif.
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakan. Oleh karena itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswa dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Guru berperan sebagai pengelola proses belajar mengajar, bertindak selakau fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai.
Hal ini menuntut perubahan dalam penggunaan model mengajar, strategi belajar mengajar, pengorganisasian kelas, sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Untuk memenuhi hal tersebut, guru dituntut mengelola proses belajar mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa sebagai subjek utama dalam belajar.
D.    Guru Mitra Anak Didik dalam Kebaikan
Di sekolah guru orang tua kedua bagi anak didik. Sebagai orang tua guru harus menganggapnya ”anak didik” bukan menganggapnya ”peserta didik” istilah peserta didik lebih pas kepada mereka yang mengikuti kegiatan-kegiatan, latihan dan pendidikan yang waktunya relatif singkat yakni sebulan atau tiga bulan bahkan seminggu. Misalanya seperti kursus-kursus.
Penyebutan istilah anak didik lebih pas digunakan sebagai mitara guru di sekolah. Guru adalah orang tua. Anak didik adalah anak. Orang tua dan anak adalah dua sosok insani yang yang diikat oleh tali jiwa. Belaian kasih dan sayang adalah naluri jiwa orang tua yang sangat diharapkan oleh anak, sama halnya sama halnya belaian kasih dan sayang seorang guru kepada anak didiknya.
Ketika guru hadir bersama-sama anak didik di sekolah dalam jiwanya harus sudah tertanam niat untuk mendidikanak didik agar menjadi orang yang berilmu pengetahuan mempunyai sikap dan watak yang baik, yang cakap dan terampil berjiw besar dan memiliki akhlakyang mulia.
Kebaikan seorang guru tercermin dari kepribadiannya.dalam sikap dan berbuat, tidak saja ketika di sekolah tetapi juga di luar sekolah. Guru harus memang menyadari bahwa dirinya adalah figur yang diteladani semua pihak, terutama oleh anak didik di sekolah. Guru adalah bapak rohani bagi anak didiknyahal ini berarti, bahwa guru sebagai arsitek bagi rohani anak didik.kebaikan rohani anak didik tergantung dari pembinaan dan bimbingan guru. Di sini tugas dan tanggung jawab guru adalah mendidik tingkah laku dan perbuatan anak didik yang kurang baik, yang dibawanya dari lingkungan keluarga dan masyarakat.
Pendidikan rohani untuk membentuk kepribadiana anak didik lebih dipentingkan. Anak didik yang berilmu dan berketerampilanbelum tentu berakhlak mulia. Cukup banyak orang yang berilmu dan berketerampilan, tetapi karena tidak mempunyai akhlak yang mulia, mereka terkadang menggunakannya untuk hal-hal yang tepat. Namun demikian, bukan berarti orang yang berilmu dan berketerampilan tidak diharapkan, tetapi yang sangat diperlukan tentu saja adalah orang yang berilmu dan berketerampilan serta yang berakhlak mulia. Pembinaan anak didik mengacu kepada 3 aspek di atas yakni anak didik yang berakhlak mulia/bersusila, cakap dan terampil.
Kegiatan proses belajar mengajar tidak lain adalah mencanangkan sejumlah normake dalam jiwa anak didik. Itulah sebabnya kegiatan ini dalam pembahasan ini dipakai istilah proses interaktif edukatif . semua norma yang diyakini mengandung kebaikan perlu ditanamkan ke dalam jiwa anak didik melalui peranan guru dalam pengajaran. Guru dan anak didik beraada dalam suatu relasi kejiwaan. Ineraksi antara guru dengan anak didik terjadi karena saling membutuhkan anak didik ingin belajar dengan menimba ilmu dari guru dan guru ingin membina dan membimbing anak didik dengan memberikan sejumlah ilmu kepada anak didik yang membutuhkan. Keduanya mempunyai kesamaan langkah dan tujuan, yakni kebaikan. Maka tepatlah bila dikatakan bahwa ”guru mitra anak didik dalam kebaikan”
E.     Guru-Anak Didik sebagai Dwi tunggal
Guru adalah unsur manusiawi dalam pendidikan. Guru adalah figur manusia sumber yang menepati posisi dan memegang peranan penting dalam pendidikan. Ketika semua orang mempersoalkan masalah dunia pendidikan, figur guru masih terlibat dalam agenda pembicara terutama yang menyangkut persoalan pendidikan formal di sekolah. Hal itu tidak dapat disangkal, karena lembaga pendidikan formal adalah dunia kehidupan guru sebagai besar waktu guru ada di sekolah, sisanya ada di rumah dan di masyarakat .
Di sekolah, guru hadir untuk mengabdikan diri kepada umat manusia dalam hal Anak Didik. Negara menuntut generasinya yang memerlukan pembinaan dan bimbingan dari guru. Guru dengan sejumlah buku yang terselip di pinggang datang ke sekolah di waktu pagi hingga petang, sampai waktu mengajar dia hadir di kelas untuk bersama-sama belajar dengan sejumlah anak didik yang sudah menantnya untuk di berikan pelajaran. Anak didik ketika haus ilmu pengetahuan dan siap untuk menerima nya dari guru. Ketika itu guru sangat berarti bagi anak didik. Kehadiran seorang guru sangat berarti baginya. Kehadiran seorang guru di kelas merupakan kebahagian bagi mereka. Apalagi bila figur guru itu sangat di senangi oleh mereka.
Guru dan nak didik adalah dua sosok manusia yang tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan. Boleh jadi, di mana guru disitu ada anak didik yang ingin belajar dari guru. Sebaliknya dimana anak didik disana ada aguru yang ingin memberikan binaan dan bimbingan kepada anak didik. Guru dengan ikhlas memberikan apa yang diinginkan oleh anak didiknya. Tidak ada sedikitpun dalam benak guru terlintas pikiran negatif untuk tidak mendidik anak didinya meskipun barang kali sejuta permasalahan sedng merongrong kehidupan seorang guru.
Pada hakikatnya guru dan anak didik bersatu. Mereka satu dalam jiwa, terpisah dalam raga. Raga mereka boleh terpisah, tapi jiwa mereka tetap satu Dwitunggal yang kokoh bersatu. Posisi mereka boleh berbeda, tetapi tetapseiring dan setujuan. Bukan seiring tapi tidak setujuan. Kesatuan jiwa guru dengan anak didik tidak dapat dipisahkan oleh dimensi ruang, jarak dan waktu. Tidak pula dapat di cerai beraikan oleh lautan, daratan dan udara. Guru tetap guru dan anak didik tetap anak didik. Meskipun sewaktu-waktu pensiun dari pengabdiannyadi sekolah atau anak didik yang telah menamatkan sekolah di lembaga tempat guru tersebut mengabdikan diri.
Menjadi guru berdasarkan tuntutan pekerjaan adalah suatu perbuatan yang mudah, tetapi menjadi guru berdasarkan panggilan jiwa atau tuntutan hati nurani adalah tidak mudah, kaerena kepadanya lebih banyak dituntut selalu pengabdian kepada anak anak didik daripada karena tuntutan pekerjaan dan material oriented. Guru yang berdasarkan pengabdiannya karena panggilan jiwa merasakan jiwanya lebih dekat dengan anak didiknya. Ketiadaan anak didik di kelas menjadi pemikirannya, kepada anak didinya tidak hadir di kelas, apa yang menyebabkannya dan berbagai pertanyaan yang mungkin guru ajukan ketika itu.
Uraian di atas adalah gambaran figur guru dengan segala kemuliannya, yang mengabdikan diri berdasarkan panggilan jiwa, bukan karena pekerjaan sampingan. Oleh karena itu, wajarlah dikatakan bahwa guru adalah cerminan yang mulia. Figur guru yang mulia adalah sosok yang dengan rela hatinya mengisikan waktunyademi kepentingan anak didik, menasehati anak didik, membimbing anak didik, mendengar keluhan anak didik, membantu kesulitan anak didik dalam segala hal yang bisa menghambat aktivitas belajarnya, merasakan kedukaan anak didik, bersama-sama dengan anak didik pada waktu senggang, berbicara dan bersenda gurau di sekolah, di luar jam kegiatan interaksi edukatif di kelas, bukan hanya duduk di kantor dengan dewan guru dan membuat jarak dengan anak didik.








BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Kegiatan proses belajar mengajar tidak lain adalah mencanangkan sejumlah normake dalam jiwa anak didik. Itulah sebabnya kegiatan ini dalam pembahasan ini dipakai istilah proses interaktif edukatif . semua norma yang diyakini mengandung kebaikan perlu ditanamkan ke dalam jiwa anak didik melalui peranan guru dalam pengajaran. Guru dan anak didik beraada dalam suatu relasi kejiwaan. Ineraksi antara guru dengan anak didik terjadi karena saling membutuhkan anak didik ingin belajar dengan menimba ilmu dari guru dan guru ingin membina dan membimbing anak didik dengan memberikan sejumlah ilmu kepada anak didik yang membutuhkan. Keduanya mempunyai kesamaan langkah dan tujuan, yakni kebaikan. Maka tepatlah bila dikatakan bahwa ”guru mitra anak didik dalam kebaikan”









DAFTAR PUSTAKA
 http://pembelajaranmatematika.webnode.com/news/belajar-dan-mengajar/
http://edukasi.kompasiana.com/2009/10/28/dwi-tunggal-pendidikan-guru-dan-anak-didik/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar